Teriknya matahari disiang hari membuat keringat ditubuhku
bercucuran keluar laiknya barusan bekerja bongkar-muat kayu bahan bangunan
sebagaimana biasa yang aku lakukan di akhir pekan saat membantu ayah berjualan
di pasar. Namun keluarnya keringat disiang itu bukan dari aktivitas kerja keras
seperti yang kusebutkan tadi, melainkan buah dari perjalanan setelah menghadiri
undangan perkawinan teman semasa kuliah dahulu.
Setiba dirumah, sesaat setelah berganti baju santai terdengan
panggilan dari luar kamar, “yaank… yaaaank” teriak istriku. dengan santai ku
sahut “ada apa?” sambil berjalan keluar kamar seraya menghampiri. “kata Ibu
nanti malam ada gerhana bulan total pukul 19.00 wib” ucapnya dengan wajah penuh
ekspresi.
Ku coba mencerna apa maksud dari perkataan istriku tadi
sambil duduk di kursi ruang tengah, eeeeh… baru ku ingat ternyata sesuai
tradisi yang berlaku di desaku bahwa bagi orang yang sedang hamil dianjurkan
untuk membuat selametan setiap ada gerhana (matahari/bulan) semacam syukuran
dengan menghidangkan nasi bucu atau tumpeng atau apalah namanya kalau di tempat
lain aku juga ga tau..hehe
Baru setelah ingat, langsung ku cari Ibu kemudian bertanya
apa saja yang harus dibeli di pasar untuk acara selametan dadakan nanti malam.
Dari jawaban dan penjelasan beliau hanya beberapa telur ayam kampung yang harus
aku beli dipasar karena bahan yang lain di rumah sudah ada, tanpa pikir panjang
akupun langsung bergegas kepasar karena waktu itu sudah memasuki waktu ashar
yang artinya para pedagang pasti sudah mulai berbenah untuk menutup lapaknya
dan pulang.
Setiba dipasar, aku tanya juru parkir tempat pedagang yang
jualan telur ayam kampung, maklum laaah aku jarang blusukan ke pasar seperti
tren para pemimpin beberapa waktu ini. Setelah ku dapati pedagang telur untuk
membeli, aku ditanya “beli berapa mas?”. Waduuuh berapa ya? selorohku dalam
hati, akhirnya ku jawab dengan balik bertanya ke penjualnya “bu’ saya mau beli
telur untuk acara selametan istri saya yang sedang hamil karena katanya nanti
malam ada gerhana bulan, biasanya beli telurnya berapa ya bu?”. Sambil
tersenyum sang ibu penjual pun kemudian menjawab “ya belinya telur itu sesuai
usia kandungan istri mas, nah sekarang usia kandungan istrinya mas berapa?”,
“oooooh gitu tow bu’ yaudah aku beli empat bu, karena usianya sedang memasuki
bulan ke empat” jawabku sambil bergumam dalam hati “baru tau aku yang kaya
begini ini” hehehe.
Waktu mulai petang terdengarlah kumandang adzan dari mushola
yang berada tidak jauh dengan rumahku yang hanya selisih satu rumah. Setelah
sholat mahgrib selesai persiapan jamuan makan untuk selametan pun telah selesai
dibuat, untuk jamuan makan sebenarnya hanya sekadarnya saja seperti “bucu”
dengan sayur, telor ayam & teh panas, itu pun hanya untuk beberapa porsi
kurang lebih 10-15 orang, karena yang dimintai ikut hanya tetangga sekitar
rumah.
Menjelang masuk waktu isya’ ketika bulan yang tadinya bundar
sudah mulai nampak berkurang dikarenakan gerhana, sholat gerhanapun
dilaksanakan oleh beberapa orang di mushola ada juga yang melaksanakan di rumah
masing-masing karena memang dalam pelaksanaannya tidak diharuskan secara
berjamaah. Begitu selesai sholat gerhana selamatan pun dilaksanakan di teras
depan rumah, dengan beralaskan daun pisang, makanan selamatan pun disajikan
tentu dengan 4 buah telor ayam kampung sesuai dengan usia kandungan.
“Ambil air taruh di ember” salah seorang tua berucap
kepadaku, aku pun kemudian mengambilkannya di kamar mandi “mungkin untuk cuci
tangan” batinku, setelah aku ambilkan ternyata air dalam ember itu hanya
diletakkan di depan rumah kemudian ditutupi dengan tutup seadanya. Orang-orang
bilang kalau air itu untuk mandi istriku yang sedang hamil besok pagi harinya.
Terlepas dari apapun tradisi atau kepercayaannya, inti dari
acara selamatan tersebut adalah mengharap kepada Allah agar memberikan kebaikan
dan keselamatan bagi janin dan ibu yang sedang hamil, semoga selama proses
kehamilan hingga persalinan diberikan kesehatan dan kelancaran… Amiin
No comments:
Post a Comment